ULASAN CERPEN “PENGORBANAN UNTUKMU NEGERI”
Sahabat FAM, cerpen “Pengorbanan Untukmu Negeri” ini menceritakan
tentang Nira, seorang pelajar yang kesal dengan situasi kacau negaranya
sendiri. Nira adalah tokoh yang diciptakan penulis sebagai seorang yang
mengesalkan, egois, dan temperamental.
Nira bersekolah di
sebuah sekolah internasional elit karena orangtuanya yang kaya dan dia
juga seorang yang cerdas. Di SMA barunya, Nira bersama sahabatnya Ardi
dan Hani tergabung dalam kelompok ekskul KIR. Karena mereka
bersungguh-sungguh, akhirnya mereka sering mengukir prestasi dan selalu
menjadi juara dalam berbagai lomba ilmiah.
Nira selalu
mengimpikan Jerman sebagai tempatnya menuntut ilmu, meninggalkan
Indonesia yang kacau. Akhirnya dia mendapatkan apa yang diimpikannya,
kuliah di Jerman. Sementara Ardi dan Hani tetap memilih Indonesia
sebagai tempat mereka menuntut ilmu.
Sebenarnya, Nira tidak
pernah berniat untuk pulang ke Indonesia karena dia mengimpikan dapat
bekerja di Jerman. Tapi semuanya berubah ketika ibunya sakit keras
(kanker paru), Nira berusaha untuk bisa pulang ke Indonesia. Tak
disangka, pada saat sebelum ibunya menghembuskan napas terakhir, beliau
berpesan agar Nira mengabdikan diri dan menyumbangkan ilmunya untuk
memperbaiki Indonesia yang kacau. Nira bingung, tapi ia tidak memiliki
pilihan lain dan harus menjalankan wasiat ibunya. Akhirnya Nira menjadi
dosen dan berhasil menduduki jabatan yang tinggi sebagai Mendikbud, Nira
juga semakin cinta kepada negaranya sendiri Indonesia seperti apa yang
dikatakannya kepada publik, “Jangan pernah bertanya tentang apa yang
negara berikan kepada kita, namun bertanyalah tentang apa yang telah
kita berikan kepada negara!” Semua terkesima dengan Nira dan Nira pun
semakin cinta dengan negaranya.
Membaca cerpen “Pengorbanan
untukmu “Negeri” sebelum proses editing sangat melelahkan. Penulis
menulis cerpen berjarak satu spasi dan tanpa alinea pula. Kemudian ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan penulis, antara lain penggunaan
tanda baca. Penulis juga tidak memberi jarak pada kalimat berikutnya
setelah tanda titik. Penggunaan EYD juga masih kacau, seperti kata
“iyah” yang seharusnya “iya”, atau “apah” yang seharusnya “apa.”
Perhatikan juga petikan berikut:
“Han… what happen with this school? I payed very expensive, but I got
nothing! Aku rasa, system pembelajaran sekolah ini sama
dengansekolah-sekolah biasa. Cuma nama dan fasilitas yang membedakan!
RSBI, Rintisan Sekolah Bertarif Internasional itu tepatnya! Sebel!
:/”,gerutuNira.
Ada tanda :/ di akhir kalimat, maksudnya apa?
Dan seharusnya kata-kata yang menggunakan bahasa asing (banyak terdapat
dalam cerpen ini) menggunakan cetak miring. Kemudian, cerpen ini juga
tidak mengekspos konflik yang menjadi ruh sebuah cerpen, sehingga terasa
statis dan “membosankan” ketika dibaca.
Namun harus diakui,
cerpen ini adalah cerpen yang cerdas. Penulis mampu menuangkan
penjelasan dengan baik, seperti apa yang dikatakan Nira dalam
kalimatnya: “Yah jelas, bedalah! Indonesia gak ada apa-apanya Han!
Pertama, biaya pendidikan perguruan tinggi disana free! Kita cuma
dikenakan iuran sosial/Sozialbeitrag sebesar 51 Euro per semester.
Kedua, kualitas pendidikan dan pengajar kualifikasi professor yang
berpengalaman di bidang ilmu maupun riset. Ketiga, fasilitas dan sarana
yang sangat memadai. Keempat, perguruan tinggi di Jerman menitikberatkan
secara seimbang antara studi dan riset, yang diantaranya
melatarbelakangi banyak temuan ilmiah. Kerjasama disiplin ilmu antar
perusahaan-perusahaan multinasional, baik didalam maupun di luar Jerman.
Sehingga meningkatkan peluang lulusan perguruan tinggi Jerman di bursa
kerja. Disana juga banyak perguruan tinggi, seperti Fachhochschule yang
menawarkan pengalaman dan peluang karier profesional. Praktek di
industri lokal menjadi bagian dari kurikulum studi dan merupakan
pengalaman praktek yang bagus bagi dunia kerja kelak,” cerita panjang
lebar Nira.
Catatan bagi penulis, ide cerita sudah cukup bagus
karena mampu mengajak generasi untuk mencintai negaranya sendiri. Hanya
penyajiannya harus dibuat lebih menarik dan perlu diberi “bumbu.”
Teruslah menulis, karena banyak berlatih dan banyak membaca mampu membuat tulisan semakin berkualitas dan enak dibaca.
*Alhamdulillah. Ndak nyangka malam-malampun, beranda melayangkan notifikasi tentang sebuah grup "Forum Aishiteru Menulis". Kejutan! Sebuah kegiatan apresiasi tim FAM untukku, untuk bersedia mengulas cerpen yang lumayan ancur. Tulisan awalku untuk sebuah event yang akhirnya aku bisa merealisasikan hobiku pada kehidupan nyata-Writing...
*Terimakasih Ya Allah, for my inspiring friend, semoga aku bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi! *AMIIN... ^.^
0 komentar:
Posting Komentar